Saat tanaman berbunga dan berbuah merupakan saat yang paling dinantikan oleh para petani atau pecinta tanaman. Namun, harapan untuk bisa memanen buah kadang tidak menjadi kenyataan karena bunga rontok dan berguguran sebelum berkembang sempurna. Oleh karena itu, sebelum tanaman gagal panen karena bunganya layu sebelum berkembang, perlu diketahui beberapa penyebab kerontokan bunga dan pencegahannya. Secara umum, kerontokan bakal buah pascapersarian bunga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kerontokan karena faktor fisiologis kimiawi
Kandungan
nutrisi, khususnya hara fosfat (P) dan kalium (potassium=K) yang terbatas dalam
tanah atau media tanam tabulampot menjadi faktor penyebab utama kerontokan
bunga dan bakal buah atau buah yang sedang mengalami proses pembesaran. Jika
kandungan kalium dalam tanah sangat terbatas, maka kerontokan buah akan menjadi
lebih banyak. Kerontokan buah ini akan semakin parah jika pasokan air dari
dalam tanah ke tanaman juga terbatas. Jika kerontokan buah disebabkan oleh
faktor malnutrisi kalium, maka pemberian pupuk kalium, baik dalam bentuk
tunggal (Kalium Chloride, KCl) maupun dalam bentuk majemuk (Kalium nitrate,
KNO3) dapat menjadi solusi untuk mengatasi kerontokan buah.
2. Kerontokan karena faktor biologis
Pascapersarian
bunga seharusnya diikuti oleh pembentukan bakal buah yang akan berkembang
menjadi buah sempurna. Namun sering terjadi bakal buah rontok karena terserang
beberapa jenis hama maupun penyakit buah. Hama-hama ini umumnya menyerang pada
saat pembentukan kelopak bunga hingga pembentukan bakal buah pascapersarian
bunga. Beberapa hama berwujud ulat memakan bakal buah yang baru terbentuk,
sedangkan hama penggerek menghisap cairan sel bakal buah yang baru terbentuk,
serta beragam jenis kutu penghisap cairan sel yang mengeluarkan sejenis madu
yang disukai oleh semut. Penggunaan pestisida dan fungisida nabati atau kimia
serta umpan feromon bisa menjadi solusinya.
3. Kerontokan karena faktor fisik
Di
musim penghujan dengan curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama rontoknya
bunga atau bakal buah pasca persarian. Dalam kondisi basah, benangsari (alat
kelamin jantan pada bunga) lengket satu sama lain karena terikat oleh air,
benangsari tidak bisa bertemu dan membuahi kepala putik (alat kelamin betina
pada bunga). Sebaliknya di musim kemarau, suhu panas yang ekstrim disertai
dengan pengaruh kelembaban yang rendah di siang hari, juga menjadi faktor fisik
penyebab kegagalan persarian. Penggunaan plastik penutup pada kuntum bunga bisa
menjadi salah satu solusi sederhana dari masalah ini.
4. Kerontokan karena sebab yang lain
Selain
faktor-faktor tersebut di atas, pada tanaman tertentu, terdapat selisih waktu
yang cukup nyata antara pemasakan benang sari (alat kelamin jantan) dan kepala
putik (alat kelamin betina). Artinya, benang sari masak lebih awal atau bahkan
masak lebih lambat dari masaknya kepala putik. Pemberian beberapa senyawa
kimia, misalnya gibberelic
acid (GA3), dapat merangsang terjadinya pemasakan benangsari
yang serempak dengan pemasakan kepala putik atau sebaliknya. Sementara pada
kasus ketidakhadiran serangga penyerbuk sehingga sulit bagi benang sari bunga
untuk menyerbuki kepala putik, serta tidak adanya angin sebagai media
penyerbukan, bisa dilakukan penyerbukan buatan dengan bantuan tenaga manusia,
contoh pada tanaman panili, beberapa varietas salak, serta varitas buah naga.
(http://leira-fruit.blogspot.co.id/)